bola tangkas

Sejarah Awal Berdiri Nya Grup Band Payung Teduh

Payung Teduh adalah sebuah grup musik indie/folk asal Indonesia yang dibentuk di Yogyakarta pada tahun 2007. Grup musik ini terdiri dari empat anggota, yaitu Muhammad Istiqamah Djamad (Isgi) sebagai vokalis dan gitaris, Comi sebagai bassist, Ivan asal Sulawesi Tenggara sebagai gitaris dan penyanyi latar, serta Cito asal Malang sebagai drummer, Sejarah Payung Teduh dimulai ketika Isgi bertemu dengan Comi di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Keduanya kemudian membentuk grup musik dan mulai bermain di beberapa kafe dan acara kecil di Yogyakarta. Pada tahun 2008, mereka merilis album mini pertama mereka, yang diberi judul “Payung Teduh”, dengan lagu-lagu seperti “Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan” dan “Resah”. Album mini tersebut meraih sukses besar di kalangan penggemar musik indie di Indonesia dan membawa Payung Teduh ke panggung musik nasional.

Setelah sukses dengan album mini pertama mereka, Payung Teduh merilis album penuh pertama mereka yang berjudul “Dunia Batas” pada tahun 2010. Album ini berisi lagu-lagu seperti “Akad” dan “Berdua Saja”, yang menjadi hits besar di Indonesia. Selama beberapa tahun berikutnya, Payung Teduh merilis beberapa album lain, seperti “Pagi Yang Ceraikan” (2014) dan “Titik Balik” (2018), dan terus menarik perhatian penggemar musik indie di Indonesia.

Sayangnya, pada tahun 2018, Payung Teduh mengalami perpecahan saat dua anggota, yaitu Ivan dan Cito, memutuskan untuk keluar dari grup musik ini. Namun, Isgi dan Comi tetap melanjutkan karier musik mereka dan saat ini masih aktif di industri musik Indonesia, meskipun tidak lagi dengan nama Payung Teduh, Setelah perpecahan pada tahun 2018, Payung Teduh sempat vakum untuk beberapa waktu. Namun, pada tahun 2020, Isgi dan Comi mengumumkan bahwa mereka akan kembali ke panggung musik dengan membawa beberapa anggota baru, yaitu Fajar Adi Nugroho sebagai gitaris dan vokalis latar, serta Bayu Adisapoetra sebagai drummer, Pada tahun 2021, Payung Teduh merilis sebuah album baru yang diberi judul “Kembali Berdansa”, yang berisi 12 lagu baru yang dibawakan oleh formasi baru mereka. Album ini menjadi kembalinya Payung Teduh ke panggung musik nasional setelah mengalami perpecahan pada tahun 2018.

Selain merilis album baru, Payung Teduh juga aktif tampil di berbagai acara musik dan festival musik di Indonesia. Mereka juga tetap menjadi salah satu grup musik indie/folk paling populer dan dihormati di Indonesia, dengan lagu-lagu yang puitis dan sarat makna, Meskipun telah mengalami beberapa perubahan dalam formasi dan perjalanan karier mereka, Payung Teduh tetap menjadi salah satu ikon musik indie/folk Indonesia yang berhasil menarik perhatian penggemar musik di dalam dan luar negeri.

Selain itu, Payung Teduh juga pernah menerima beberapa penghargaan musik bergengsi di Indonesia, seperti Anugerah Musik Indonesia (AMI) dan Java Jazz Festival Award. Lagu-lagu mereka seperti “Akad”, “Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan”, “Resah”, dan “Di Atas Meja” menjadi hits besar dan sering diputar di radio-radio di Indonesia, Di samping kesuksesan mereka di Indonesia, Payung Teduh juga telah tampil di berbagai festival musik internasional, seperti SXSW di Austin, Texas, dan Clockenflap Festival di Hong Kong. Mereka juga pernah tampil di beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Amerika Serikat.

Payung Teduh terkenal dengan suara musik indie/folk yang khas, yang dikombinasikan dengan lirik yang bernada puitis dan reflektif. Mereka sering menggunakan instrumen musik tradisional seperti kendang dan angklung dalam musik mereka, yang memberikan sentuhan etnik pada lagu-lagu mereka, Dengan sejarah dan prestasi yang telah mereka raih, tidak dapat dipungkiri bahwa Payung Teduh adalah salah satu grup musik indie/folk terbaik dan paling berpengaruh di Indonesia. Meskipun telah mengalami perubahan dalam formasi dan karier mereka, Payung Teduh tetap menjadi salah satu grup musik yang paling dicintai oleh penggemar musik di Indonesia dan luar negeri.